More

    APJII Sulampua Gelar Turnamen Mobile Legends Peringati Hari Bhakti Postel ke-79

    SIPALING.ID, MAKASSAR – Badan Pengurus Wilayah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) memperingati Hari Bhakti Pos dan Telekomunikasi (Postel) yang ke-79 tahun.

    Menuju peringatan Hari Postel 27 September, APJII mulai melakukan berbagai rangkaian kegiatan, misalnya “Mobile Legends Tournament.”

    Turnamen tersebut berlangsung di Lapak Kopi Abangda Jl Hertasning. Selasa, 17 September 2024.

    Ketua APJII Sulampua, Abdul Malik mengatakan bahwa kegiatan ini adalah rangkaian menuju hari Bhakti Postel tepatnya 27 September.

    “Kita berharap kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi dan refleksi kita terhadap masa lalu atas perjuangan orang-orang terdahulu memperjuangkan Postel agar tidak dikuasai oleh orang asing,” kata Malik.

    Malik juga berharap agar kegiatan ini bisa berlangsung dengan aman dan sportif dan memegang teguh prinsip persaudaraan.

    Sejarah Postel Indonesia

    Tanggal 27 September yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Bhakti Postel oleh semua pegawai di jajaran pos dan telekomunikasi bertolak dari diambil-alihnya Jawatan PTT dari kekuasaan pemerintahan Jepang oleh putra putri Indonesia yang tergabung dalam Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon yang disingkat AMPTT pada tanggal 27 September 1945.

    Dengan digerakkan oleh Soetoko, AMPTT yang pada saat itu belum mempunyai pengurus, pada tanggal 3 September 1945 mengadakan pertemuan. Para pemuda AMPTT yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Soetoko, Slamet Soemari, Joesoef, Agoes Salman, Nawawi Alif dan beberapa pemuda lainnya. Untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan, dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa Kantor Pusat PTT harus sudah dikuasai paling lambat akhir bulan September 1945.

    Proklamasi Kemerdekaan sudah berlangsung selama satu bulan. Para pemuda berusaha mendekati Jepang supaya menyerahkan kekuasaan di Kantor PTT karena Komandan Pasukan Jepang menginstruksikan bahwa penyerahan Kantor Pusat PTT harus dilakukan oleh sekutu. Oleh karena itu, rencana untuk merebut Kantor Pusat PTT harus lebih dimatangkan dan dirahasiakan.

    Baca Juga: 
    Harmoni Bersama ICONNET di Hari Pelanggan Nasional 2024, Apresiasi untuk Pelanggan Setia

    Pada tanggal 23 September 1945 Soetoko berunding dengan Ismojo dan Slamet Soemari yang menghasilkan sebuah keputusan yaitu meminta kesediaan segera dari Mas Soeharto dan R. Dijar untuk menuntut pihak Jepang supaya menyerahkan kekuasaan PTT secara damai, akan tetapi jika pihak Jepang tidak mau menyerahkannya, akan ditempuh jalan kekerasan dengan kekuatan yang ada dan bantuan dari rakyat. Setelah kekuasaan direbut, mereka berencana untuk mengangkat Mas Soeharto menjadi Kepala Jawatan PTT dan R. Dijar sebagai Wakilnya.

    Keesokan harinya, tanggal 24 September 1945 Soetoko meminta Mas Soeharto dan R. Dijar supaya hari itu juga, tanpa menunggu instruksi dari Jakarta, menemui pimpinan PTT Jepang, Tuan Osada, untuk berunding dan mendesak agar hari itu juga pihak Jepang mau menyerahkan pimpinan Jawatan PTT secara terhormat kepada Bangsa Indonesia.

    Namun perundingan yang dilakukan oleh Mas Soeharto dan R. Dijar bisa dikatakan gagal, karena hanya diperkenankan mengibarkan bendera Merah Putih di halaman belakang gedung di Jalan Cilaki. AMPTT segera menaikkan Sang Merah Putih secara khidmat pada sebuah tiang khusus, tepat di tempat tugu PTT sekarang.

    Tanggal 26 September 1945 Soetoko memanggil Soewarno yang menjadi Komandan Cusin Tai dan Nawawi Alif untuk diberi tugas memimpin pekerjaan meruntuhkan tanggul dan mengelilingi kantor.

    Untuk menciptakan koordinasi AMPTT dalam perebutan kekuasaan Jawatan PTT dari tangan Jepang, maka ditetapkan Soetoko sebagai ketua, dengan dibantu oleh tiga wakil ketua yang terdiri dari Nawawi Alif, Hasan Zein dan Abdoel Djabar.

    Pada sore hari tanggal 26 September 1945 Soetoko menemui Mas Soeharto untuk memberitahukan rencana perjuangan AMPTT yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 September 1945. Mas Soeharto menerima dan menyetujui rencana tersebut.

    Baca Juga: 
    TV Milik Prabowo, Garuda TV Promosikan Festival F8 Makassar

    Malam itu juga segenap anggota AMPTT disebar untuk mencari dan mengumpulkan senjata tajam, kendaraan bermotor, senjata api dan kebutuhan lainnya. Siasat dan taktik disusun. Penduduk tua, muda dan semua organisasi perjuangan yang berkedudukan di dekat Kantor Pusat PTT dihubungi dan menyatakan kesediaan untuk memberikan bantuan Kepada AMPTT.

    Setelah tiga hari berturut-turut diadakan perundingan dengan pihak Jepang dan terus gagal, tibalah hari yang bersejarah yakni tanggal 27 September 1945. Sekali lagi Mas Soeharto dan R. Dijar mengadakan perundingan dengan Pimpinan Jepang di Kantor Pusat PTT. Hasilnya tetap gagal juga. Namun demikian sudah menjadi keputusan AMPTT bahwa tanggal 27 September 1945 kekuasaan atas Jawatan PTT harus direbut dengan kekerasan dari tangan Jepang.

    Ketika itu AMPTT siap dengan senjatanya masing-masing. Rakyat sudah dikerahkan dan massa sudah berkumpul di halaman selatan. Soewarno dan pasukannya memasuki ruangan kantor yang dikuasai Jepang dan membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghalangi tekad AMPTT. Secara sukarela mereka menyerahkan senjatanya. (*)

    Bagikan Artikel Ini :

    Baca Juga

    Bacaan Keren

    spot_img